RATU BOKO

Adalah sebuah prasasti tua yang berbunyi “ Abhayagiri wihara “ yang artinya tempat asrama biksu diatas bukit penuh kedamaian ditahun 792. Abhaya giri sendiri adalah sebuah prasasti yang dikeluarkan Raja Mataram Kuno ( agama budha ).

Ditahun 856 Ratu Boko Beralih fungsi menjadi sebuah Kraton Walaeng yang diproklamasikan oleh Rakai Walaeng Ku Pumbayoni ( agama hindhu ). Yang pernah memerintah : 1. Rakai Panangkaran
2. Rakai Panaratan
3. Rakai Walaeng
Ratu Boko memiliki fungsi selama 200 tahun ( abad 8 – 10 ). Ratu Boko terletak di kampung Ndawung, desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kota Sleman, Provinsi Yogyakarta. Ratu boko memiliki ketinggian 197, 97 meter diatas permukaan laut. Memiliki jarak 20km dari arah Jogja.

KAPAN DITEMUKAN?
Pada tahun 1790 oleh seorang Belanda bernama Van buckoltz dengan perkataan “ ditemukan reruntuhan purbakalaan di selatan Prambanan “. Dan kemudian diteliti. Salahsatu orang yang meneliti adalah V. D. K. Bosch dengan judul KRATON VAN RATU BOKO.

APA KAITAN RATU BOKO DENGAN PRAMBANAN?
Menurut legenda :
a. permintaan Putri Boko ketika dipinang Bandung Bondowoso
b. meminta mas kawin berupa 1000 candi dalam 1 malam.

Pada suatu saat Ratu Boko roboh, kemudian pada tahun 1938 ( masa Belanda ) direnovasi ( susun coba ).
Pada tahun 1952 dipugar oleh bangsa Belanda setelah merdeka. Sebelum Belanda menyelesaikan pemugaran, terjadilah perang.

APA PENINGGALAN DI RATU BOKO?
Diantaranya
Pada masa Budha : Gapura ( gemuk, pendek )
Pada masa Hindu : ( langsing, tinggi )

1. Dua Gapura Utama

Gerbang pertama
Bangunan kelompok pertama ini terdiri atas 3 pintu gerbang yang saling berdekatan, membujur dari utara ke selatan. Pintu gerbang yang di tengah adalah yang terbesar dan merupakan pintu gerbang utama yang diapit oleh dua pintu gerbang lainnya yang disebut gerbang pengapit.
Pada gapura pertama terdapat tulisan Panabwara. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi kekuatan agar lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
Gerbang pertama terbuat dari andesit, namun lantai dan dinding tangga terbuat dari batu kapur putih lembut.
Ukuran gerbang utama : panjang 12,15 m, lebar 6,90 m, dan tinggi 5,05 m.

Gerbang kedua
Bangunan kelompok kedua terdiri dari 5 pintu gerbang, terdiri dari 4 gerbang pengapit dan satu gerbang utama yang terletak di tengah gerbang pengapit.
Ukuran gerbang kedua : panjang 18,60 m, lebar 9,00 m, dan tinggi 4,50 m.

2. Candi Pembakaran

Candi pembakaran berbentuk teras tanah berundak setinggi 3 m. Letaknya sekitar 37 m ke arah timur laut dari gerbang utama. Bangunan ini berdenah dasar bujur sangkar dengan panjang 22,6 m, lebar 22,3 m dan tinggi 3,82 m . Teras kedua lebih sempit dari teras pertama, sehingga membentuk selasar di sekeliling teras kedua. Permukaan teras atas atau teras kedua merupakan pelataran rumput. Dinding kedua teras berundak tersebut diperkuat dengan turap dari susunan batu kali. Di sisi barat terdapat tangga batu yang dilengkapi dengan pipi tangga. Di tengah pelataran teras kedua terdapat semacam sumur berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 4X4 m2 yang digunakan sebagai tempat pembakaran mayat.Di sudut tenggara candi pembakaran terdapat salah satu sumur tua yang konon merupakan sumber air suci.
Candi ini terbuat dari batu andesit dan diduga sebagai tempat pembakaran mayat karena ada penemuan abu jenasah di dasar sumuran candi, sehingga para ahli berkesimpulan bahwa candi ini berfungsi sebagai tempat pembakaran mayat atau paling tidak sebagai tempat penyimpanan abu jenasah Raja Tetapi setelah diteliti lebih seksama, ternyata abu itu adalah abu sisa pembakaran kayu dan bukan sisa pembakaran tulang. Sehingga belum ada kepastian tentang candi pembakaran ini.

3. Sumur Tua

Sumur berukuran 2,3 x 1,8 m, kedalaman air di sumur mencapai 2 m, dan kedalaman sumur sendiri mencapai 5 m dari permukaan tanah. Diduga air dari sumur ini dipakai sebagai kelengkapan upacara di Candi Pembakaran. Sebuah candi harus dibangun di atas sumber air, dan jika tidak ada sumber air, maka harus dibangun tempat penampungan air.
Air sumur ini dipercaya mengandung tuah. Pada saat dilaksanakan upacara Tawur Agung, satu hari sebelum hari raya Nyepi, sumur ini diambil airnya sebagai air suci, Air suci diambil dari sumur dengan menggunakan wadah berbentuk kendi, selanjutnya air diberi mantra oleh pendeta dan dibawa ke pelataran Candi Prambanan tempat dilaksanakannya upacara.

Disebut Amertaamantana yang berarti : air suci yang sudah bermantra. Akhirnya hingga kini masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan air sumur itu dapat membawa keberuntungan. Umat Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada kondisi harmoni awal. Sehari
sebelum Nyepi proses upacara ini dilaksanakan dari Candi Prambanan

4. Umpak – Umpak

Ada 30 umpak yang berada di kawasan Candi Rau Boko. Umpak – umpak tersebut memiliki fungsi sebagai daerah pasukan perang.

5. Alun – Alun

Biasa disebut lapangan. Berfungsi sebagai upacara maupun latihan perang.

6. Paseban

Berupa 2 buah batur yang terdiri dari paseban timur (panjang 24,6 m, lebar 13,3m, dan tinggi 1,16m) dan Paseban Barat (panjang 24,4m, , lebar 13,34m , tinggi 0,83m). Berfungsi menjadi ruang tamu yang ingin menghadap kepada Raja.
Paseban merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti tempat untuk menghadap raja (seba = menghadap). Bangunan ini terletak sekitar 45 m ke arah selatan dari gapura. Paseban merupakan teras yang dibangun dari batu andesit dengan tinggi 1,5 m, lebar 7 m dan panjang 38 m, membujur arah utara-selatan. Tangga naik ke lantai paseban terletak di sisi barat. Di berbagai tempat di permukaan lantai ditemukan 20 umpak fondasi tempat menancapkan tiang bangunan) dan 4 alur yang diperkirakan bekas tempat berdirinya dinding pembatas.

7. Pendopo

Sekitar 20 m dari paseban, arah selatan dari gapura, terdapat dinding batu setinggi setinggi 3 m yang memagari sebuah lahan dengan ukuran panjang 40 m dan lebar 30 m. Di sisi utara, barat dan selatan pagar tersebut terdapat jalan masuk berupa gapura paduraksa (gapura beratap).
Pagar bangunan berukuran panjang 40,8m, lebar 30,9m, dan tinggi 3,45m. kaki dan pagar keliling terbuat dari batu andesit, sedangkan tubuhnya terbuat dari batu putih. Di dalam pagar terdapat 2 buah batur. Batur Utara berukuran panjang 20,57m, lebar 20,49m, dan tinggi 1,43m. sedangkan Batur Selatan (Pringgitan) berukuran panjang, 20,5 m, lebar 7,04m, dan tinggi 1,51m. Kedua batur ini dihugungkan oleh sebuah selasar batu andesit. Di atas batur utara (Pendapa) terdapat 24 buah umpak dan di batur Pringgitan terdapat 12 buah umpak. Umpak tersebut diduda sebagai bekas penyangga pilar yang terbuat dari kayu. Di beberapa tempat di bagian luar dinding terdapat saluran pembuangan air, yang disebut jaladwara. Jaladwara ditemukan juga di candi Banyuniba dan Barabudhur. Dalam pagar batu tersebut terdapat dua teras yang dibangun menggunakan batu susunan andesit. Sepanjang tepi dinding dan di antara dua teras terdapat gang berlantai batu. Teras pertama disebut pendapa, berbentuk semacam panggung persegi setinggi 1,46 m, dengan ukuran luas 20 m2. Dalam bahasa Jawa, pendapa berarti ruang tamu atau hamparan lantai beratap yang umumnya terletak di bagian depan rumah. Tangga naik ke pendapa berada di sisi timurlaut dan baratlaut.
Diatas permukaan lantai pendapa terdapat 24 buah umpak batu.Teras kedua, yang disebut ‘pringgitan’ terletak di selatan pendapa. Pringgitan artinya ruang dalam atau ruang duduk. Pringgitan ini juga berdenah segi empat dengan luas 20 X 6 m. Di permukaan lantai pringgitan ditemukan 12 umpak batu.

8. Miniatur candi / Tempat Pemujaan

Untuk melaksanakan ibadah. Di luar dinding pendapa, arah tenggara, terdapat sebuah teras batu yang masih utuh. Di ujungnya terdapat 3 buah candi kecil yang digunakan sebagai tempat pemujaan. Bangunan yang di tengah, yang berukuran lebih besar dibandingkan dengan kedua candi pengapitnya, adalah tempat untuk memuja Dewa Wisnu. Kedua candi yang mengapitnya, masing-masing, merupakan tempat memuja Syiwa dan Brahma.

9. Keputren

Keputren yang artinya tempat tinggal para putri letaknya di timur pendapa. Lingkungan keputren seluas 31 X 8 m dibatasi oleh pagar batu setinggi 2 m, namun sebagian besar pagar batu tersebut telah runtuh. Pintu masuk, berupa gapura paduraksa dengan hiasan Kalamakara di atas ambangnya, terletak di sisi timur dan barat.
Lingkungan keputren terbagi dua oleh tembok batu yang memiliki sebuah pintu penghubung. Dalam lingkungan pertama terdapat 3 buah kolam berbentuk persegi. Yang sebuah berbentuk bujur sangkar, berukuran lebih besar dibandingkan kedua kolam lainnya. Dua kolam yang lebih panjang bebentuk persegi panjang membujur arah utara-selatan.
Dalam lingkungan yang bersebelahan dengan tempat ketiga kolam persegi di atas berada, terdapat 8 kolam berbentuk bundar yang berjajar dalam 3 baris.
Keputren ini terdiri dari 2 buah batur terbuat dari batu andesit dan saling berhadapan Utara Selatan dan menghadap ke Barat. Batur Selatan berukuran panjang 21,43m, lebar 22,7m, dan tinggi 1,75m. di atas lantainya terdapat 84 buah umpak. Batur Utara berukuran panjang 16,4m, lebar 14,9 m. Lantai batur berbeda ukurannya (dibuat bertingkat), lantai yang tinggi berukuran 11,96mx14,9m dengan tinggi 1,64m dan lantai depan lebih rendah dengan ukuran 4,44m, lebar 14,9m, dan tinggi 82cm,

10. Goa

Di lereng bukit tempat kawasan Ratu boko berada, terdapat dua buah gua, yang disebut Gua Lanang dan Gua Wadon (gua lelaki dan gua perempuan). Gua Lanang yang terletak di timur laut ‘paseban’ merupakan lorong persegi dengan tinggi 1,3 m, lebar 3,7 m dan dalam 2,9 m. Di dalam gua, masing-masing di sisi kiri, kanan dan belakang, terdapat relung seperti bilik. Pada dinding gua terdapat pahatan berbentuk semacam pigura persegi panjang. Mackenzie menemukan patung di depan Gua Lanang ini.

Gua Wadon yang terletak sekitar 20 m ke arah tenggara dari ‘paseban’ lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan Gua Lanang, yaitu tinggi 1,3 m, lebar 3 dan dalam 1, 7 m. Di bagian belakang gua terdapat relung seperti bilik.

11. Kolam

Kompleks kolam terdiri dari 2 bagian yaitu Utara dan Selatan. Kedua kolam dipisahkan oleh dinding pagar dan dihubungkan dengan gapura. Kolam Utara berbentuk persegi panjang berjumlah 7 buah 5 buah berukuran besar dan dalam dan 2 buah berukuran kecil dan dangkal.
Kolam Selatan terdapat 28 buah kolam, 14 berbentuk bundar dan berukuran besar, 13 berbentuk bundar dan berukuran kecil dan 1 buah kolam kecil berbentuk persegi dan berukuran kecil.

Leave a comment